Agen Neptunus cabang
kota Dolly bernama Whidy melapor untuk bertugas. Malam ini gue akan mereview
tentang film Perahu Kertas yang tadi sore gue tonton saat tayang perdananya
tanggal 16 agustus 2012.
Gue akan mereview film
ini dari kacamata gue, orang awam yang sama sekali belum pernah membaca buku
karya Dee yang berjudul sama yaitu Perahu Kertas (yang padahal teronggok di
mini library rumah dan menunggu untuk dibaca). Komentar pertama dari gue: film
ini merupakan cinta segidelapan yang paling rumit yang pernah gue tonton tetapi film ini juga merupakan drama percintaan yang paling natural dan paling alami yang pernah gue
tonton. Kenapa gue bilang natural? Saat
ini kita berada di tengah film-film bioskop dan film-film di bioskop yang para
tokohnya baru saja bertemu 2-3 hari, bisa jatuh cinta, atau tokoh wanitanya
ditabrak oleh tokoh pria sampai berdarah-darah lalu pada akhirnya mereka jatuh
cinta dan hidup bahagia selama-lamanya. Film Perahu Kertas juga bukan film
percintaan khas anak muda jaman sekarang yang menye-menye dengan kata
gombalannya atau tertiba galau karena tidak di sms atau bbm yang tidak kunjung
dibaca oleh sang pacar. Bukan, Perahu Kertas bukan jenis film seperti itu dan
entah mengapa, saat menonton film ini, gue bisa dibuat merinding 2 jam nonstop
karena film ini. (mungkin musculus erector pilli gue sedang error sehingga bulu
kuduk gue nggak mau rebahan barang sebentar saat menonton film ini.)
Perahu Kertas berkisah
tentang percintaan anak manusia yang sangat mengalir seperti air di sungai
kemudian berlabuh. Diceritakan dua orang keturunan adam dan hawa yaitu Kugy
(Maudy Ayunda) dan Keenan (Adipati Dolken) dengan setting kota Bandung tahun
1999. Mereka dipertemukan di sebuah stasiun kereta saat sahabat dekat Kugy
yaitu Noni (Sylvia Fully R.) mengajak Kugy untuk menemani dia dan pacarnya yang
bernama Eko (Fauzan Smith) untuk menjemput sepupu Eko yang bernama Keenan. Eko
ternyata lupa terhadap muka dan bagaimana bentuk Keenan yang sekarang karena
Eko terakhir kali bertemu Keenan saat SD. Lalu Kugy membantu Eko dan Noni
mencari Keenan dengan “radar Agen Neptunus” miliknya. Dan entah konspirasi
semesta atau memang takdir, justru “radar Agen Neptunus” lah mempertemukan Kugy
dan Keenan.
Kugy yang bercita-cita
menjadi seorang pendongeng yang berkuliah di fakultas sastra menunjukkan kepada
Keenan buku dongeng yang dulu pernah diberi kakaknya yang katanya, dia dapatkan
dari petualangan antah berantah. Ketika Kugy bertambah dewasa, akhirnya dia
menyadari bahwa buku itu ternyata dibeli kakaknya dari pasar loak. Dan sejak
saat itu Kugy mencoba realistis bahwa dongeng hanyalah sebuah cerita imajinasi
semata. Saat Keenan dipinjami buku itu
oleh Kugy, Keenan yang hobi melukis tetapi dipaksa orang tuanya kuliah di
Fakutas Ekonomi membuat ilustrasi tokoh seperti nyit-nyit kunyit, pangeran
lobak dan lain-lain kemudian menunjukkan ilustrasi itu ke Kugy dan membuat
gadis itu terharu. Tak perlu waktu yang lama, akhirnya mereka menjadi sahabat
yang kompak dan Kugy menamai genk miliknya yaitu “Pura-pura ninja”. Keenan pun
juga akhirnya dilantik Kugy menjadi salah satu Agen Neptunus bersama dirinya
dan diberi gantungan kunci yang terbuat dari perak dengan inisial huruf “K”
besar. Dari yang mula-mula hanya saling mengagumi satu sama lain, akhirnya
timbul benih-benih cinta diantara Kugy dan Keenan. Tetapi banyak hal yang menghalangi
bersatunya mereka. Diantaranya Kugy yang sudah punya pacar bernama Joshua atau
Ojos (Dion Wiyoko). Saat Ojos datang ke Bandung makan berdua di restoran
bersama Kugy, tidak sengaja Keenan, Noni dan
Eko lewat di pinggir jalan dan melihat Kugy sedang berduaan dengan Ojos.
Hal itu membuat Keenan terbakar api cemburu.
Saat ulangtahun Keenan,
Kugy membuatkan hadiah sebuah buku dongeng yang dibuat sendiri dan dia menempel
ilustrasi gambar hasil dari coretan Keenan waktu itu. Bersamaan dengan hal itu
ternyata Noni membawa sepupunya yang bernama Wanda (Kymberly Ryder) dari
Australia untuk dicomblangkan dengan Keenan. Saat genk “Pura-Pura Ninja”
memberikan surprise kepada Keenan, ternyata Noni mengajak Wanda sepupunya itu
yang ternyata tertarik kepada lukisan di dinding kamar kos Keenan yang
dibuatnya sendiri. Kugy akhirnya tidak jadi memberikan kado buatannya itu
kepada Keenan karena melihat kedekatan Keenan dan Wanda dan dia hanya menyimpan
kado itu di bawah kolong tempat tidurnya. Keenan dan Wanda yang semakin dekat membuat Kugy cemburu dan perlahan dia menarik
diri dari genknya dan tenggelam dalam kesibukan barunya menjadi guru di Sakola
Alit, sekolah darurat di pinggiran sawah yang terletak di Bandung.
Murid-muridnya yang lucu dan polos membuat Kugy terinspirasi untuk menulis
cerita Jenderal Pilik dan Pasukan Alit. Kugy semakin menenggelamkan dirinya di
Sakola Alit dan membuat dia lebih memilih mendampingi anak-anak tersebut lomba
di tingkat kecamatan ketimbang memilih liburan ke Bali bersama Ojos. Karena
Ojoslah yang memaksa Kugy untuk memilih, dan karena Kugy lebih memilih
murid-muridnya, akhirnya hubungan percintaan Kugy dan Ojos kadas.
Tak hanya itu, hubungan
Kugy dan sahabatnya dari kecil yaitu Noni juga harus hancur karena Kugy tidak
datang ke acara ulangtahun Noni ke 20 yang diadakan di beranda belakang rumah
Wanda. Kugy tidak datang karena dia ingin menjaga hatinya agar tidak hancur
melihat kebersamaan Wanda dan Keenan. Banyak yang Wanda korbankan demi
memenangkan hati Keenan. Salah satunya dia membantu Keenan menertakan
lukisannya ke pameran di Galeri Warsita milik ayahnya Hans (Pierre Gruno) dan
bantuan dari Rani (ibu suri Dee). Karena ketiga lukisannya laku terjual, Keenan
memutuskan untuk keluar dari kuliah ekonominya dan memberanikan diri untuk berbicara
ke ayahnya bahwa dia ingin menjadi pelukis. Walaupun bakat Keenan melukis
didukung oleh ibunya Lena (Ira Wibowo) tetapi tetap saja membuat ayah Keenan
(Agus Melasz) marah besar dan mengusirnya dari rumah.
Saat ulangtahun Noni,
Keenan menjadi sangat terpukul ketika mengetahui bahwa ketiga lukisannya tidak
laku. Ternyata lukisan-lukisannya itu dibeli oleh Wanda dan ternyata semua itu
adalah upaya Wanda agar bisa lebih dekat lagi dengan Keenan. Seketika Keenan
yang bercita-cita menjadi pelukis langsung kehilangan minatnya untuk melukis.
Dalam keadaan kalut, Keenan menemui Kugy di Sakola Alit. Kugy juga menunjukkan
buku cerita Jendral Pilik yang ia tulis, dan Keenan menceritakan kejadian yang
baru menimpanya. Keenan mengatakan kepada Kugy bahwa mimpi dan kenyataan itu
beda tipis, kita harus realistis. Kugy seperti mendapat tamparan karena selama
ini Keenan yang jadi penyemangatnya untuk jadi penulis dongeng. Kugy yang dalam
keadaan menangis meninggalkan Keenan begitu saja tanpadia sadari bahwa buku dongeng
tulisannya tertinggal.
Kugy yang merasa
kesepian, ingin segera meninggalkan Bandung dengan segala kehidupannya disana.
Kugy berjuang untuk segera cepat menyelesaikan skripsinya (oke, sampai bagian
ini, gue amat tertohok karena merasa tersindir). Begitu Kugy lulus, kakaknya yang
bernama Karel (Ben Kasyafani) membantu Kugy untuk menjadi pekerja magang di
biro iklan yang bernama AdVocaDo milik temannya yaitu Remi. Karena di suatu rapat
yang buntu, Kugy tak sengaja diminta Remi untuk mengeluarkan ide untuk iklan
Frapucino (dan tentu saja dengan bantuan “radar Agen Neptunusnya”) akhirnya tak berapa lama Kugy diangkat menjadi
karyawan tetap di perusahaan milik Remi. Kedekatan Remi dan Kugy yang semakin
intens, membuat Siska (Sharena) yang diam-diam jatuh cinta kepada Remi menjadi
tidak suka akan kehadiran Kugy yang menghalanginya.
Keenan, semenjak
pertengkarannya dengan Kugy di Sakola Alit, akhirnya tinggal di rumah pak Wayan
(Tio Pakusadewo) yang berada di Ubud, Bali. Pak Wayan ini adalah seorang
pelukis teman lama Lena (yang menurut pengamatan gue, kayaknya pak Wayan ini
dulunya naksir sama Lena). Dalam hati yang kalut, Keenan kehilangan
kemampuannya untuk melukis. Dengan dibantu oleh keponakan pak Wayan yaitu Luhde
(Elyzia Mulachela), Keenan menemukan kembali kemampuannya untuk melukis dengan
sumber inspirasinya yaitu buku cerita Jendral Pilik yang ditulis oleh Kugy.
Kemudian tak berapa lama Luhde dan Keenan menjadi sepasang kekasih. Seorang
kolektor lukisan mendatangi galeri pak Wayan bernama Remi (Reza Rahardian) yang
menjadi pembeli pertama lukisan Keenan. Karena ayah Keenan yang terserang
penyakit stroke membuat Keenan terpaksa dijemput ibunya ke Jakarta dan
meneruskan bisnis ayahnya itu. Keenan berjanji kepada Luhde bahwa dia akan
kembali lagi ke Ubud.
Saat Noni lulus dan
pindah dari kosan lamanya di Bandung, dia tak sengaja membuka kotak kado dari
Kugy untuk Keenan dahulu dan membaca isi surat dari Kugy. Akhirnya Noni sadar
bahwa dirinya bukan sahabat Kugy yang baik. Dia sampai tidak tahu bahwa Kugy selama
ini menaruh hati kepada Keenan dan dia merasa bersalah karena dulu dia malah
menjodohkan dengan Wenda. Akhirnya Noni menemui sahabat yang sudah lama tidak
dia sapa yaitu Kugy dan meminta maaf kepadanya dan dia memberi kabar bahwa dirinya
dan Eko akan melangsungkan pernikahan. Disanalah Keenan dan Kugy dipertemukan
kembali, di tengah-tengah prosesi ijab qobul Noni dan Eko yang penuh komedi.
Tertiba muncuk tulisan:*jeng
jeng jeng jeng* BAGIAN PERTAMA. Me: “Tidaaaakkkk, apa-apaan ini? Kenapa di
tengah klimaks-klimaksnya cerita muncul tulisan BAGIAN PERTAMA? We Need More!!
We Need More!! *seketika penonton bioskop ricuh dan membakar ban di tengah
pemutaran film*” Komentar kedua gue yang keluar dari bibir gue adalah, “Gue kok
jadi kepingin ya jam kura-kura ninjanya punya Kugy, tas pensil raksasa punya
Keenan dan lukisan pertama yang dibuat Keenan karena terinspirasi dari buku
cerita Jendral Pilik yang ditulis Kugy ya?”
Well, menurut gue good
job untuk bapak Hanung Bramantyo yang dapat menghidupkan suasana Bandung di
tahun 1999-2003 dengan berbagai property pendukungnya mulai dari Hape nokia
pisang, mobil lawas, pengamen bohemian dengan bahasa Belanda ya nyanyinya kalau
tidak salah? Karena gue belum baca novel Perahu Kertasnya sendiri, gue tidak
bisa menilai apakah karya Hanung Bramantyo ini telah sesuai bahkan melebihi
ekspektasi dari para pembaca novel Perahu Kertas atau belum. Tetapi gue tetap
salut sama Hanung Bramantyo yang membuat gue sukses jadi melting abis karena
film ini. Menurut gue, Perahu Kertas ini merupakan film yang menjadi era
kebangkitan film puitis (yang dahulu hanya Ada Apa Dengan Cinta saja yang
merupakan salah satu film puitis yang tersisa, karena setelah itu belum ada
lagi generasi film penerusnya yang bisa seindah bahkan melebihi AADC –sampai
film Perahu Kertas ini dibuat tentunya). Selain itu film Perahu Kertas
merupakan representative dari geliat perfilman Indonesia yang beberapa tahun
belakangan sedang lesu karena gempuran film horror binal tak berkualitas.
Mewakili jutaan penonton di Indonesia, gue mengatakan bahwa kami semua
merindukan film Indonesia yang berkualitas, yang membuat kami menonton sampai
berkali-kali, bangku bioskop yang selalu terisi penuh, dan film yang membuat
kami menunggu-nunggu kapan tayang pemutaran perdana dari film berkualitas itu,
dan Perahu Kertas, menjawab kerinduan kami akan hal tersebut.
Selain itu, yang perlu
gue kasih standing applause adalah ibu suri tercinta, Dewi “Dee” Lestari karena
berkat novel dan skenario yang beliau tulis, membuat gue dan mungkin jutaan
Agen Neptunus yang telah menonton film Perahu kertas menjadi tiba-tiba
delusional, merasa lebur menjadi satu di alam dongeng karena dibuai oleh cerita
Kugy. Cerita cinta antara Kugy dan Keenan membuat gue sadar bahwa kehidupan
percintaan manusia di dunia ini tidak selamanya akan lancar: dapat langsung
bertemu jodoh kita tanpa penghalang. Baru bertemu hari ini, esoknya jadian dan
lusa menikah. Kehidupan percintaan yang Dee ceritakan disini adalah tipe
percintaan yang tak selamanya berjalan mulus, tak selamanya seperti cerita
dongeng bahwa putri salju akan dijemput oleh pangeran tampan berkuda putih
impian semua gadis. Dan Dee mengajarkan bahwa bila memang cinta, ya harus
diperjuangkan terlebih dahulu. Kita tidak bisa menunggu datangnya cinta bila
tidak kita kejar dan raih cinta tersebut.
Diakhir cerita, gue
mengatakan kepada diri gue sendiri, saat gue pulang ke desa perantauan gue di
Purwokerto, gue harus kelarin buku Perahu Kertas yang belum sempat gue baca.
Dan rasanya gue akan menonton Perahu Kertas ini untuk ke dua, tiga, empat,
bahkan ke lima kalinya karena gue ingin lebih delusional lagi dengan percintaan
antara Kugy dan Keenan. :)