Kamis, 16 Agustus 2012

Review Film “Perahu Kertas” (bagian pertama)


Agen Neptunus cabang kota Dolly bernama Whidy melapor untuk bertugas. Malam ini gue akan mereview tentang film Perahu Kertas yang tadi sore gue tonton saat tayang perdananya tanggal 16 agustus 2012.
Gue akan mereview film ini dari kacamata gue, orang awam yang sama sekali belum pernah membaca buku karya Dee yang berjudul sama yaitu Perahu Kertas (yang padahal teronggok di mini library rumah dan menunggu untuk dibaca). Komentar pertama dari gue: film ini merupakan cinta segidelapan yang paling rumit yang pernah gue tonton tetapi film ini juga merupakan drama percintaan yang paling natural dan paling alami yang pernah gue tonton. Kenapa gue bilang natural?  Saat ini kita berada di tengah film-film bioskop dan film-film di bioskop yang para tokohnya baru saja bertemu 2-3 hari, bisa jatuh cinta, atau tokoh wanitanya ditabrak oleh tokoh pria sampai berdarah-darah lalu pada akhirnya mereka jatuh cinta dan hidup bahagia selama-lamanya. Film Perahu Kertas juga bukan film percintaan khas anak muda jaman sekarang yang menye-menye dengan kata gombalannya atau tertiba galau karena tidak di sms atau bbm yang tidak kunjung dibaca oleh sang pacar. Bukan, Perahu Kertas bukan jenis film seperti itu dan entah mengapa, saat menonton film ini, gue bisa dibuat merinding 2 jam nonstop karena film ini. (mungkin musculus erector pilli gue sedang error sehingga bulu kuduk gue nggak mau rebahan barang sebentar saat menonton film ini.)
Perahu Kertas berkisah tentang percintaan anak manusia yang sangat mengalir seperti air di sungai kemudian berlabuh. Diceritakan dua orang keturunan adam dan hawa yaitu Kugy (Maudy Ayunda) dan Keenan (Adipati Dolken) dengan setting kota Bandung tahun 1999. Mereka dipertemukan di sebuah stasiun kereta saat sahabat dekat Kugy yaitu Noni (Sylvia Fully R.) mengajak Kugy untuk menemani dia dan pacarnya yang bernama Eko (Fauzan Smith) untuk menjemput sepupu Eko yang bernama Keenan. Eko ternyata lupa terhadap muka dan bagaimana bentuk Keenan yang sekarang karena Eko terakhir kali bertemu Keenan saat SD. Lalu Kugy membantu Eko dan Noni mencari Keenan dengan “radar Agen Neptunus” miliknya. Dan entah konspirasi semesta atau memang takdir, justru “radar Agen Neptunus” lah mempertemukan Kugy dan Keenan.
Kugy yang bercita-cita menjadi seorang pendongeng yang berkuliah di fakultas sastra menunjukkan kepada Keenan buku dongeng yang dulu pernah diberi kakaknya yang katanya, dia dapatkan dari petualangan antah berantah. Ketika Kugy bertambah dewasa, akhirnya dia menyadari bahwa buku itu ternyata dibeli kakaknya dari pasar loak. Dan sejak saat itu Kugy mencoba realistis bahwa dongeng hanyalah sebuah cerita imajinasi semata. Saat Keenan dipinjami buku  itu oleh Kugy, Keenan yang hobi melukis tetapi dipaksa orang tuanya kuliah di Fakutas Ekonomi membuat ilustrasi tokoh seperti nyit-nyit kunyit, pangeran lobak dan lain-lain kemudian menunjukkan ilustrasi itu ke Kugy dan membuat gadis itu terharu. Tak perlu waktu yang lama, akhirnya mereka menjadi sahabat yang kompak dan Kugy menamai genk miliknya yaitu “Pura-pura ninja”. Keenan pun juga akhirnya dilantik Kugy menjadi salah satu Agen Neptunus bersama dirinya dan diberi gantungan kunci yang terbuat dari perak dengan inisial huruf “K” besar. Dari yang mula-mula hanya saling mengagumi satu sama lain, akhirnya timbul benih-benih cinta diantara Kugy dan Keenan. Tetapi banyak hal yang menghalangi bersatunya mereka. Diantaranya Kugy yang sudah punya pacar bernama Joshua atau Ojos (Dion Wiyoko). Saat Ojos datang ke Bandung makan berdua di restoran bersama Kugy, tidak sengaja Keenan, Noni dan  Eko lewat di pinggir jalan dan melihat Kugy sedang berduaan dengan Ojos. Hal itu membuat Keenan terbakar api cemburu.
Saat ulangtahun Keenan, Kugy membuatkan hadiah sebuah buku dongeng yang dibuat sendiri dan dia menempel ilustrasi gambar hasil dari coretan Keenan waktu itu. Bersamaan dengan hal itu ternyata Noni membawa sepupunya yang bernama Wanda (Kymberly Ryder) dari Australia untuk dicomblangkan dengan Keenan. Saat genk “Pura-Pura Ninja” memberikan surprise kepada Keenan, ternyata Noni mengajak Wanda sepupunya itu yang ternyata tertarik kepada lukisan di dinding kamar kos Keenan yang dibuatnya sendiri. Kugy akhirnya tidak jadi memberikan kado buatannya itu kepada Keenan karena melihat kedekatan Keenan dan Wanda dan dia hanya menyimpan kado itu di bawah kolong tempat tidurnya. Keenan dan Wanda yang semakin dekat  membuat Kugy cemburu dan perlahan dia menarik diri dari genknya dan tenggelam dalam kesibukan barunya menjadi guru di Sakola Alit, sekolah darurat di pinggiran sawah yang terletak di Bandung. Murid-muridnya yang lucu dan polos membuat Kugy terinspirasi untuk menulis cerita Jenderal Pilik dan Pasukan Alit. Kugy semakin menenggelamkan dirinya di Sakola Alit dan membuat dia lebih memilih mendampingi anak-anak tersebut lomba di tingkat kecamatan ketimbang memilih liburan ke Bali bersama Ojos. Karena Ojoslah yang memaksa Kugy untuk memilih, dan karena Kugy lebih memilih murid-muridnya, akhirnya hubungan percintaan Kugy dan Ojos kadas.
Tak hanya itu, hubungan Kugy dan sahabatnya dari kecil yaitu Noni juga harus hancur karena Kugy tidak datang ke acara ulangtahun Noni ke 20 yang diadakan di beranda belakang rumah Wanda. Kugy tidak datang karena dia ingin menjaga hatinya agar tidak hancur melihat kebersamaan Wanda dan Keenan. Banyak yang Wanda korbankan demi memenangkan hati Keenan. Salah satunya dia membantu Keenan menertakan lukisannya ke pameran di Galeri Warsita milik ayahnya Hans (Pierre Gruno) dan bantuan dari Rani (ibu suri Dee). Karena ketiga lukisannya laku terjual, Keenan memutuskan untuk keluar dari kuliah ekonominya dan memberanikan diri untuk berbicara ke ayahnya bahwa dia ingin menjadi pelukis. Walaupun bakat Keenan melukis didukung oleh ibunya Lena (Ira Wibowo) tetapi tetap saja membuat ayah Keenan (Agus Melasz) marah besar dan mengusirnya dari rumah.
Saat ulangtahun Noni, Keenan menjadi sangat terpukul ketika mengetahui bahwa ketiga lukisannya tidak laku. Ternyata lukisan-lukisannya itu dibeli oleh Wanda dan ternyata semua itu adalah upaya Wanda agar bisa lebih dekat lagi dengan Keenan. Seketika Keenan yang bercita-cita menjadi pelukis langsung kehilangan minatnya untuk melukis. Dalam keadaan kalut, Keenan menemui Kugy di Sakola Alit. Kugy juga menunjukkan buku cerita Jendral Pilik yang ia tulis, dan Keenan menceritakan kejadian yang baru menimpanya. Keenan mengatakan kepada Kugy bahwa mimpi dan kenyataan itu beda tipis, kita harus realistis. Kugy seperti mendapat tamparan karena selama ini Keenan yang jadi penyemangatnya untuk jadi penulis dongeng. Kugy yang dalam keadaan menangis meninggalkan Keenan begitu saja tanpadia sadari bahwa buku dongeng tulisannya tertinggal.
Kugy yang merasa kesepian, ingin segera meninggalkan Bandung dengan segala kehidupannya disana. Kugy berjuang untuk segera cepat menyelesaikan skripsinya (oke, sampai bagian ini, gue amat tertohok karena merasa tersindir). Begitu Kugy lulus, kakaknya yang bernama Karel (Ben Kasyafani) membantu Kugy untuk menjadi pekerja magang di biro iklan yang bernama AdVocaDo milik temannya yaitu Remi. Karena di suatu rapat yang buntu, Kugy tak sengaja diminta Remi untuk mengeluarkan ide untuk iklan Frapucino (dan tentu saja dengan bantuan “radar Agen Neptunusnya”)  akhirnya tak berapa lama Kugy diangkat menjadi karyawan tetap di perusahaan milik Remi. Kedekatan Remi dan Kugy yang semakin intens, membuat Siska (Sharena) yang diam-diam jatuh cinta kepada Remi menjadi tidak suka akan kehadiran Kugy yang menghalanginya.
Keenan, semenjak pertengkarannya dengan Kugy di Sakola Alit, akhirnya tinggal di rumah pak Wayan (Tio Pakusadewo) yang berada di Ubud, Bali. Pak Wayan ini adalah seorang pelukis teman lama Lena (yang menurut pengamatan gue, kayaknya pak Wayan ini dulunya naksir sama Lena). Dalam hati yang kalut, Keenan kehilangan kemampuannya untuk melukis. Dengan dibantu oleh keponakan pak Wayan yaitu Luhde (Elyzia Mulachela), Keenan menemukan kembali kemampuannya untuk melukis dengan sumber inspirasinya yaitu buku cerita Jendral Pilik yang ditulis oleh Kugy. Kemudian tak berapa lama Luhde dan Keenan menjadi sepasang kekasih. Seorang kolektor lukisan mendatangi galeri pak Wayan bernama Remi (Reza Rahardian) yang menjadi pembeli pertama lukisan Keenan. Karena ayah Keenan yang terserang penyakit stroke membuat Keenan terpaksa dijemput ibunya ke Jakarta dan meneruskan bisnis ayahnya itu. Keenan berjanji kepada Luhde bahwa dia akan kembali lagi ke Ubud.
Saat Noni lulus dan pindah dari kosan lamanya di Bandung, dia tak sengaja membuka kotak kado dari Kugy untuk Keenan dahulu dan membaca isi surat dari Kugy. Akhirnya Noni sadar bahwa dirinya bukan sahabat Kugy yang baik. Dia sampai tidak tahu bahwa Kugy selama ini menaruh hati kepada Keenan dan dia merasa bersalah karena dulu dia malah menjodohkan dengan Wenda. Akhirnya Noni menemui sahabat yang sudah lama tidak dia sapa yaitu Kugy dan meminta maaf  kepadanya dan dia memberi kabar bahwa dirinya dan Eko akan melangsungkan pernikahan. Disanalah Keenan dan Kugy dipertemukan kembali, di tengah-tengah prosesi ijab qobul Noni dan Eko yang penuh komedi.
Tertiba muncuk tulisan:*jeng jeng jeng jeng* BAGIAN PERTAMA. Me: “Tidaaaakkkk, apa-apaan ini? Kenapa di tengah klimaks-klimaksnya cerita muncul tulisan BAGIAN PERTAMA? We Need More!! We Need More!! *seketika penonton bioskop ricuh dan membakar ban di tengah pemutaran film*” Komentar kedua gue yang keluar dari bibir gue adalah, “Gue kok jadi kepingin ya jam kura-kura ninjanya punya Kugy, tas pensil raksasa punya Keenan dan lukisan pertama yang dibuat Keenan karena terinspirasi dari buku cerita Jendral Pilik yang ditulis Kugy ya?”
Well, menurut gue good job untuk bapak Hanung Bramantyo yang dapat menghidupkan suasana Bandung di tahun 1999-2003 dengan berbagai property pendukungnya mulai dari Hape nokia pisang, mobil lawas, pengamen bohemian dengan bahasa Belanda ya nyanyinya kalau tidak salah? Karena gue belum baca novel Perahu Kertasnya sendiri, gue tidak bisa menilai apakah karya Hanung Bramantyo ini telah sesuai bahkan melebihi ekspektasi dari para pembaca novel Perahu Kertas atau belum. Tetapi gue tetap salut sama Hanung Bramantyo yang membuat gue sukses jadi melting abis karena film ini. Menurut gue, Perahu Kertas ini merupakan film yang menjadi era kebangkitan film puitis (yang dahulu hanya Ada Apa Dengan Cinta saja yang merupakan salah satu film puitis yang tersisa, karena setelah itu belum ada lagi generasi film penerusnya yang bisa seindah bahkan melebihi AADC –sampai film Perahu Kertas ini dibuat tentunya). Selain itu film Perahu Kertas merupakan representative dari geliat perfilman Indonesia yang beberapa tahun belakangan sedang lesu karena gempuran film horror binal tak berkualitas. Mewakili jutaan penonton di Indonesia, gue mengatakan bahwa kami semua merindukan film Indonesia yang berkualitas, yang membuat kami menonton sampai berkali-kali, bangku bioskop yang selalu terisi penuh, dan film yang membuat kami menunggu-nunggu kapan tayang pemutaran perdana dari film berkualitas itu, dan Perahu Kertas, menjawab kerinduan kami akan hal tersebut.
Selain itu, yang perlu gue kasih standing applause adalah ibu suri tercinta, Dewi “Dee” Lestari karena berkat novel dan skenario yang beliau tulis, membuat gue dan mungkin jutaan Agen Neptunus yang telah menonton film Perahu kertas menjadi tiba-tiba delusional, merasa lebur menjadi satu di alam dongeng karena dibuai oleh cerita Kugy. Cerita cinta antara Kugy dan Keenan membuat gue sadar bahwa kehidupan percintaan manusia di dunia ini tidak selamanya akan lancar: dapat langsung bertemu jodoh kita tanpa penghalang. Baru bertemu hari ini, esoknya jadian dan lusa menikah. Kehidupan percintaan yang Dee ceritakan disini adalah tipe percintaan yang tak selamanya berjalan mulus, tak selamanya seperti cerita dongeng bahwa putri salju akan dijemput oleh pangeran tampan berkuda putih impian semua gadis. Dan Dee mengajarkan bahwa bila memang cinta, ya harus diperjuangkan terlebih dahulu. Kita tidak bisa menunggu datangnya cinta bila tidak kita kejar dan raih cinta tersebut.
Diakhir cerita, gue mengatakan kepada diri gue sendiri, saat gue pulang ke desa perantauan gue di Purwokerto, gue harus kelarin buku Perahu Kertas yang belum sempat gue baca. Dan rasanya gue akan menonton Perahu Kertas ini untuk ke dua, tiga, empat, bahkan ke lima kalinya karena gue ingin lebih delusional lagi dengan percintaan antara Kugy dan Keenan. :)